
‘Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya’. Petikan kalimat singkat dengan makna yang dalam. Mengingatkan kita akan arti ‘memiliki’ yang sesungguhnya.
Kita sebagai manusia, yang diberi trademark sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna, dalam hidup ini sebenarnya mendapatkan lebih dari yang diharapkan. Jangan dipandang dari segi materi yang tiap orang ukurannya berlainan loh… tapi coba pandang dari sudut pandang cinta dan kasih sayang. Kita hidup di tengah-tengah keluarga, saudara, teman, kekasih, rekan kerja, orang yang tidak kita kenal sama sekali atau bahkan yang paling sepele sekalipun, binatang piaraan kesayangan kita. Dari sekian banyak orang yang ada mengelilingi kita, tanpa sadar sebenarnya mereka telah memberikan kontribusi berupa cinta, kasih sayang dan perhatian buat kita tiap hari. Gak melulu harus diterima dalam bentuk yang special. Pesan bunda yang mengingatkan kita untuk berhati-hati di jalan sesaat sebelum kita melangkah keluar pintu rumah, SMS kekasih yang menanyakan apakah kita sudah makan siang atau belum, celotehan sahabat yang mengkritik tampang kita yang pucat mirip zombie hari itu, bahkan sambutan ramah goyangan ekor lucu si doggy ketika kita sampai di rumah, semuanya adalah bentuk kasih sayang yang kelihatannya adalah suatu hal yang biasa banget tapi sesungguhnya mengandung makna ketulusan kasih sayang dan perhatian yang luar biasa.
Sesempurna apapun manusia, pasti punya kelemahannya juga. Saat kita begitu disibukkan dengan rutinitas, terlalu asyik dengan hobi baru atau seseorang yang baru kita temui, menganggap perhatian-perhatian mereka sebagai suatu hal yang membuat risih dan bosan… kita sebenarnya telah ber-revolusi menjadi makhluk yang sangat tidak tahu berterima kasih dengan ego yang sangat besar. Saat khilaf, kita jadi begitu mati rasa dengan gak menganggap keberadaan mereka di samping kita, menjadikan mereka seolah kasad mata di depan kita, mengabaikan semua bentuk perhatian dan kasih sayang mereka karena menganggap ada yang jauh lebih menarik ketimbang itu semua. Ambil contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari nih… kita baru dapet kenalan baru lawan jenis di suatu komunitas atau tempat kerja, yang secara fisik lebih menarik dari pasangan kita dan dari segi wawasan juga punya pandangan yang lebih luas dari pasangan kita. Tanpa sadar ketertarikan pada si dia pelan-pelan udah mulai membuat kita berubah sikap dan menjaga jarak dengan pasangan kita sendiri. Apa aja yang diomongin pasangan seolah cuma numpang lewat masuk telinga kanan, keluar telinga kiri; apa aja yang dilakukan pasangan kayaknya malah bikin kita uring-uringan dan bête karena merasa terlalu direcokin dan dibatasi ruang geraknya. Hmmm… ini nih yang mulai gak bener. Pada moment itulah kita jadi manusia yang sangat gak berhati nurani dan gak berprikemanusiaan. Cocok deh dapet gelar ‘Raja Tega’.. tega nyuekin pasangan, tega ngomel tanpa alasan jelas demi nutupin kesalahan sendiri, bahkan tega cari-cari kesalahan dan bandingin pasangan sendiri ama si dia yang saat itu memang kelihatan lebih ‘wah’ dari berbagai segi. Namanya juga khilaf… udah salah tapi masih teriak-teriak cari kesalahan orang yang gak tau apa-apa. Maling teriak maling deh… kalau khilaf terus berlanjut, pasti langkah selanjutnya adalah cari cara gimana supaya bisa meng-cut hubungan ama pasangan kita demi si dia. Ya Allah… udah abnormal banget tuh kalau sampai kayak gitu. Cuma jadi bertanya-tanya, kok bisa orang kayak gitu dikasih kesempatan hidup ya ?? hehehe… Mungkin aja hubungan mereka memang sukses diakhiri dengan ending yang gak tau apa malah justru yang terluka parah. Life must go on… yang terluka mungkin butuh waktu buat recovery setelah menanggung luka yang seharusnya gak pantas disematkan padanya, sedangkan si pembuat luka udah enjoy memulai babakan baru lagi. Bener-bener gak adil…. Tapi kalau udah kayak gitu memang gak bisa di rubah lagi. Udah sikap mental si pembuat luka kali yah jadi orang yang gak punya hati nurani dan gak bisa menghargai kasih sayang juga perhatian orang disampingnya.
Tapi laen halnya kalau untuk kasus serupa, kita ternyata masih punya kesadaran dan hati nurani. Ketika kita khilaf, melukai hati pasangan kita karena si dia dan membuat pasangan kita memilih resign dari kehidupan kita, pastinya akan muncul yang namanya ‘Penyesalan’. Udah rumus baku kalau penyesalan datangnya selalu telat, seperti polisi yang biasanya selalu datang telat ke TKP. Setelah pasangan kita gak berada di samping kita, kita baru ngerasain ada yang hilang. Gak ada yang cerewet kayak beo ngingetin supaya sarapan pagi, gak ada lagi yang ngingetin makan siang, gak ada lagi yang telepon malem-malem cuma buat lebay say I Love You, gak ada lagi yang ribut mengritik penampilan kita yang terlalu seadanya. Kita kehilangan semua hal-hal kecil yang tanpa sadar kemarin udah menjadi bagian rutinitas sehari-hari. Pastinya hampa banget dan susah menerima kehilangan beberapa hal yang kelihatannya kecil tapi sesungguhnya super duper besar value-nya (nb : perlu ditegasin lagi kalo efek kehilangan ini hanya buat pribadi yang punya hati nurani… laen perkara kalo termasuk tipe hati karet yang serba membal, gak peka dan gak pernah sampe bener-bener ke dalam hati). Kita baru sadar kalau apa yang kita miliki kemarin sebenernya sangat berharga, tapi kita justru tidak bisa menghargainya dan membuangnya dengan percuma.
‘Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya…’.
Petikan kalimat ini sepantasnya menyadarkan kita untuk bisa lebih menghargai semua yang kita miliki sekarang, yang ada di samping kita. Menyadarkan kita untuk tidak menyepelekan dan memandang kecil segala bentuk usaha atau pemberian orang kepada kita. Kalau kita dihargai, berarti kita juga harus menghargai orang atau sesuatu yang menghargai kita. Bahkan ada pesan bijak yang mengatakan ‘jadilah yang terlebih dulu menghargai orang lain sebelum mengharapkan orang lain menghargai kita, jadilah orang yang lebih dulu memberi sebelum mengharapkan orang lain memberi sesuatu untuk kita’ (nyambung gak ya ama topic ini ? hehehe…). Jangan sampai kita baru menyadari apa yang sebenarnya telah kita miliki setelah kita kehilangannya. Karena itu useless banget…
Jadi, hargailah dan jagalah segala sesuatu yang ada pada kita sekarang. Pahami dan maknailah secara positif keberadaannya. Milikilah apa yang kita miliki itu dengan hati supaya itu semua benar-benar menjadi bagian indah yang mengisi hidup kita. Dan jangan lupa untuk menjadikan semua itu sebagai anugrah yang sudah sepatutnya kita syukuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar