Kenali-lah Dyahpitaloka

Aku...Dyahpitaloka, suka banget nulis hal-hal gak penting yang mungkin susah dicerna orang lain. Tapi melalui tulisan-tulisan yang mungkin membingungkan buat ditangkap maksudnya ini, Dyahpitaloka sebenarnya hanya ingin membagi apa yang sedang dalam pikirannya, curhatlah intinya...atau kadang juga ngomongin hal yang menurutnya menarik..
Jadi, kalo berkenan, silakan mampir dan kenalilah Dyahpitaloka melalui coretan-coretannya ini...

Pages

Senin, 22 Agustus 2011

Mungkin Sedang Diuji

Aku berpikir, seharusnya saat-saat seperti ini jadi saat yang dag dig dug dueeeerrr buat kami. Tanggal 18 September 2011 besok, kami akan melaksanakan akad nikah dan resepsinya. Temen2 yang udah nikah pada komentar kalo sekarang aku pasti lagi seneng2nya, deg2an, bla bla blaaaa... Faktanya ? aku lalui hari2ku belakangan ini justru dengan lebih banyak pertengkaran, sakit hati, kesel, juga lebih sering nangis. Semakin deket hari H kok kami jadi tambah banyak bertentangan, sikapnya juga jadi tambah gak enak di terima. Gampang marah, ketus, cuek, keras.

Beberapa hari yang lalu, dalam pelukan papa, aku menangis. Aku menangis dan bertanya, kenapa mendekati hari H kami justru berada pada kondisi yang gak kondusif begini ? Kenapa sikap kerasnya tidak semakin luruh tapi kian kuat ? kenapa aku selalu merasa dia tidak pernah benar2 terbuka soal interaksinya dengan lawan jenis ?

Papa berkata pasangan yang akan menikah biasanya mengalami lebih banyak godaan, tantangan karena hati sedang di tanya keteguhannya. Yang menjawab bukan lagi bibir yang bisa berdusta, tapi hati yang hanya bisa menunjukkan apa adanya, tanpa dusta. Yang bisa membaca keteguhan hati masing2 bukan hanya 2 pribadi yang sedang diuji tapi juga orang tua. Papa berkata, 'sesuk sikap e kan yo berubah, saiki lagi wancine di uji. Atine kudu sing teguh, tatag, mantep arep melangkah urip bebrayan. Wis milih sisihan, dipasrahi anak, mestine ngerti tanggung jawab e'.

Mungkin keteguhan kami memang sedang diuji. Bagiku, rintangan apapun asalkan diantara kami berdua bisa tetap menjaga komunikasi, membicarakannya dengan baik, dan tidak sedikitpun memberi peluang bagi pihak ketiga, keempat ato keseratus untuk masuk, semua pasti bisa diatasi.

Rasa sakit yang kadang dia sematkan padaku, tangis yang kadang dia sepelekan, pertengkaran yang akhir2 ini lebih sering terjadi semoga terbayar dengan sebuah pernikahan yang langgeng, bahagia, dan rukun. Dalam doa aku meminta...

Semoga kami bisa membentuk keluarga yang sakinah mawadah warahmah, segera dikaruniai momongan.

Semoga niat ibadah kami diberi kemudahan, dijauhkan dari kesulitan, maupun orang2 disekitar yang punya maksud kurang baik.

Aku jaga dan teguhkan hatiku, semoga Kau jaga dan teguhkan pula htinya, Ya Allah... Sekarang, nanti, lusa dan seterusnya.

Amin...

Selasa, 16 Agustus 2011

Sholat dan Disholatkan

Hari ini dalam sejarah hidupku, seseorang berkata begitu tajam padaku. Penyebabnya adalah aku yang gak solat maghrib, bukan tanpa sebab... abis pre wedding photo session, tukak lambungku mendadak kumat. Buat penderita tukak lambung, pastinya bisa membayangkan gimana rasanya kalo kumat, tapi bagi orang yang taunya cuma itu sejenis sakit perut biasa, bisa dipastikan bakal sotoy bilang bisa di handle-lah sakitnya.


Absen sholat maghrib mengantarkanku pada sebuah statement yang gak aku sangka sebelumnya bakal dilontarkan oleh orang yang seharusnya memberikan aku dukungan menghadapi penyakitku.

"Pilihan orang hidup itu ada 2, hanya dua. Selagi orang itu masih bisa melek, napas, dia berkewajiban melakukan SHOLAT 5 waktu, bagi yang meninggalkannya, berarti dia sudah enggan menyembah Allah, dengan kata lain dia sudah pantas DISHOLATKAN."

Dia bicara begitu enteng seolah orang yang sedang dia hakimi adalah orang yang seger buger gak lagi menghadapi dilema akan sakitnya. Dia tidak pernah tau rasanya ketakutan ketika mendapati darah tiba-tiba keluar tanpa sebab. Dia tidak pernah tau rasanya pesimis menghadapi penyakit yang seharusnya tak lagi kembali dalam hidup tapi tiba-tiba menyeruak datang merusak semua planning hidup yang sudah dirancang jauh hari. Dia tidak pernah mengalami, hanya tau mengkritik orang yang sering mengeluh sakit.

Orang tuaku... yang melahirkanku, memberiku makan, membesarkanku, merawatku ketika aku keluar dari rumah sakit, mendidikku sejak kecil, bahkan tidak pernah sekalipun lelah merawatku meski sering terkendala sakit. Mereka tidak pernah menyerah mengupayakan kesembuhanku, mereka selalu mensupport semangat hidupku, mengajariku untuk optimis sembuh, tapi orang yang baru kurang dari 2 tahun aku temui bahkan sanggup menghakimiku seperti itu dengan nasehatnya yang dia sampaikan tanpa rasa tepo seliro.

Dia bilang wajar saja menasehati dengan cara bicara se-extrim itu, aku pikir mungkin aku yang terlalu menanggapi berlebihan, tapi seorang ibu yang mengandungku 9 bulan lebih 10 hari, yang melahirkanku tapi juga biasa keras padaku pun menilai dia terlalu kasar. Nggak bisa menerima anaknya dinasehati se-fanatik dan sekeras itu. Bahkan orang tuaku pun nggak terima, tapi dia bilang PETUAHnya itu wajar, biasa saja.

Aku tidak pernah tau sesungguhnya seperti apa dia mencintaiku kalo dia bisa sekasar itu bicara padaku. Dia pernah mencaciku aku ini orang jalanan, sekarang dia berpetuah arif bahwa aku mengindikasikan diriku siap disholatkan... Dia menampik dirinya berkata seperti itu, tapi dalam hati kecilnya memang itulah yang sesungguhnya dia ingin katakan padaku. Aku sudah menangis. Menangis sedih, menangis kecewa, menangis kaget, menangis putus asa, menangis pesimis... Tidak dia dengar.

Doaku, semoga Papa dan Mama diberi umur panjang. Jika seandainya hari itu tiba, aku harus terbaring sakit, aku masih bisa kembali ke pangkuan orang tuaku, aku masih bisa dirawat oleh tangan penuh kasih ikhlas mereka.

Papa, Mama... Rasa kaget kalian sama besar dengan kekecewaanku dengan sikapnya...

Senin, 01 Agustus 2011

Jangan Ada Dusta Di Cintamu

Berhati-hatilah dengan
permintaan maaf setelah dusta.

Dan lebih berhati-hatilah
dengan permintaan maaf
karena dusta yang berulang.

Karena,

Hati yang penuh cinta, tak mampu berdusta.

Untuk perlindungan bagi hati baikmu,
janganlah engkau pernah lupa,
bahwa

Di mana ada dusta, tidak mungkin ada cinta.

~Mario Teguh~


Setuju banget ama statement "Hati yang penuh cinta, tak mampu berdusta." kalo memang hatinya tulus mencintai, kenapa masih harus mengurai dusta meskipun itu hanya sekedar dusta kecil ? bukankah dari kelugasan membuat dusta kecil lama-lama jadi expert membuat dusta-dusta lain yang levelnya lebih tinggi ?

Sebenernya mengelus dada ketika menemui sosok yang fasih melontarkan dusta di depan mata, masuk ke telinga, dirasakan nyeri oleh hati. Sosok itu rutin mengatakan hal yang sama, seoalah-olah yang sedang diajak bicara nggak tau. Kadang pengen juga ngasih tau "aku sebenernya tau kamu sedang bo'ongin aku", tapi itu justru nyakitin hati sendiri karena tau orang yang dicintai bisa begitu lugas berbohong. Yang selanjutnya timbul adalah tanda tanya besar. Kalo cinta, kenapa bisa ada dusta ? seperti apa makna CINTA yang kau suguhkan jika kau beri aku kudapan DUSTA ?

MAAF untuk sebuah dusta bagiku nggak ada. Jadi tolong, jangan suguhi aku CINTA dengan kudapan DUSTA. Karena bagiku tidak ada MAAF sekalipun untuk sebuah DUSTA.