Kenali-lah Dyahpitaloka

Aku...Dyahpitaloka, suka banget nulis hal-hal gak penting yang mungkin susah dicerna orang lain. Tapi melalui tulisan-tulisan yang mungkin membingungkan buat ditangkap maksudnya ini, Dyahpitaloka sebenarnya hanya ingin membagi apa yang sedang dalam pikirannya, curhatlah intinya...atau kadang juga ngomongin hal yang menurutnya menarik..
Jadi, kalo berkenan, silakan mampir dan kenalilah Dyahpitaloka melalui coretan-coretannya ini...

Pages

Senin, 28 Juni 2010

5 PERUSAK KEDAMAIAN HIDUP


Mario Teguh mengatakan ada 5 hal yang bisa merusak kedamaian hidup manusia yaitu :

1. Membandingkan kekurangan diri dengan kelebihan orang lain.
2. Bersikap kasar tentang sesuatu yang bisa ditangani dengan santun.
3. Menunda melakukan sesuatu saat ia masih mudah dilakukan.
4. Meyakini bahwa hanya orang tidak jujur yang akan mendapat kesempatan.
5. Melihat keberhasilan orang lain sebagai keberuntungan, dan kesulitan diri sendiri sebagai nasib.

Hmm...dari lima hal yang disebutkan pak Mario, ternyata aku punya nilai minus 4 karena merusak kedamaianku sendiri dengan melakukan 4 poin kesalahan. Hari ini aku belajar..belajar untuk meng-create dan me-maintain kedamaian hidupku dengan tidak melakukan 5 hal jelek yang memangharus dihindari...

Terima kasih buat Pak Mario yang selalu memberi inspirasi untuk hidupku...

LOVE IS RESPECT

Jika seseorang mengatakan bahwa dia mencintai Anda, tetapi kata-kata dan tindakannya tidak menghormati Anda sebagai pribadi yang baik dan mandiri, maka dia tidak betul-betul mencintai Anda. Mungkin dia ingin memiliki Anda, tetapi pasti bukan cinta.

CINTA ADALAH PEMUJAAN.
Maka bagaimana mungkin orang yang ...seharusnya memuja Anda – menyakiti Anda?

Be wise, this is your life.

Mario Teguh

Trademark Si bungsu

Trademark Si bungsu

Stress... Stress... Stress..


Belakangan ini merasa ada yang gak beres ama diri sendiri. Badan gampang banget nge-drop. Kepala gampang pusing, penyakit lama tukak lambung, juga akhir-akhir ini sering banget kambuh. Belum lagi ketambahan insomnia yang sangat menyiksa… udah dopping obat dari dokter tapi kok masih kumat secara marathon gini ? Sampai akhirnya kemarin ada komentar usil yang men-judge kalau aku lagi di invasi sama yang namanya STRESS !!!

Memang, akhir-akhir ini masalah kok kayaknya datang bertubi-tubi yah ? Belum sempat masalah A diselesaikan, masalah B, C, D dan E udah menggedor-gedor otak dan hati minta jatah buat diselesaikan juga. Huuufff… mungkin karena saking banyaknya masalah, otak dan hati malah jadi kayak mandeg, gak mau mikir, gak mau tergerak. Memang tepat kalo di nilai sekarang sedang mengalami stress. Karena merasa diri sendiri sedang dilanda stress, makanya sekedar iseng cari tahu tentang stress dan gimana cara menghandle stress itu sendiri.

Kita tahu kalo stress adalah fenomena yang biasa melanda manusia, terutama buat mereka yang memilih survive di belantara metropolitan, yang istilah lebaynya gak ngijinin kita duduk santai bermalas-malasan atau terkantuk-kantuk barang 5 menit aja. Tapi sebenernya stress bukan hanya lagu wajib buat penghuni kota metropolitan aja. Siapapun dan dimanapun mereka tinggal pasti pernah dan punya kans mengalami stress. Cuma mungkin kadar dan tingkat frkuensinya aja yang berbeda. Nah, bicara soal kadar stress, bisa dilihat dari gejala yang ditunjukkan oleh penderita (pake istilah ‘penderita’ sepertinya terlalu mendramatisir ya ?).

Stress dalam kadar yang ringan biasanya tidak terlalu menunjukkan gejala yang mencolok. Biasanya masih bisa diatasi dengan mekanisme pertahanan diri. Ambil contoh kita berangkat agak terlambat, dalam kondisi seperti itu kita pasti akan mengemudikan kendaraan lebih cepat dari biasanya. Kita menunggu seseorang menjemput di bandara, tapi ternyata si penjemput telat sampai 1 jam lebih, ketika rasa jenuh mulai merambah menjadi stress, kita akan melakukan aktivitas lain untuk mengalihkan focus kita yang sedang menunggu dengan cara sepele, misalnya mendengarkan music atau bermain game lewat ponsel. Intinya stress pada kadar yang ringan, penanggulangannya masih bisa kita handle.

Pada kadar sedang, stress biasanya mulai membawa dampak negative bagi tubuh. Contohnya ketika kita harus tinggal seatap dengan mertua yang kurang kooperatif, secara kontinu tiba-tiba kita diserang rasa sakit kepala yang luar biasa, diare, gangguan lambung atau gangguan kesehatan lain. Sedangkan di tingkat yang paling berat, stress bisa memberi efek yang ekstrim bagi penderita karena pada umumnya penderita cenderung akan menunjukkan abnormalitas dalam bertingkah laku karena sudah kehilangan kendali terhadap akal pikirannya.

Dilihat dari tingkat frekuensinya, bisa dipastikan, orang yang mengalami stress bertubi-tubi setidaknya akan mengalami gangguan perilaku (menjadi lebih agresif atau justru menarik diri), gangguan psikis (mengalami depresi), atau bisa juga mengalami gangguan fisiologis (misalnya gangguan pencernaan atau insomnia).

Membaca penjelasan dari pengaruh yang ditimbulkan, stress ternyata cukup mengerikan, apalagi kalau udah termasuk stadium berat. Tapi manusia hidup pasti akan menghadapi masalah dan pada satu titik tertentu akan mengalami stress. Jadi bisa dikatakan bahwa stress memang bagian dari hidup. Orang bijak mengatakan, ‘Stress bukan sesuatu yang harus dihindari, tapi sesuatu yang harus diterima dan dinikmati sebagai bagian dari bunga kehidupan. Tinggal bagaimana kita bisa menyikapi stress tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi stress diantaranya mensyukuri apa yang saat ini dimiliki, mau berbagi dengan orang lain atau membiarkan diri sesekali refreshing. Namun hal utama yang seharusnya dilakukan adalah meningkatkan ketakwaan dan kualitas ibadah, semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Karena Dia adalah sumber kekuatan kita untuk menghadapi masalah.’


Secara teori, dari indikasi yang terlihat dan dirasakan, stress yang sedang dialami sekarang adalah stress dengan kadar sedang (jangan sampe deh naik pangkat ke kadar berat…). Secara teori juga sepertinya gampang melawan yang namany stress, tapi prakteknya gak segampang teorinya. Apalagi dalam prakteknya, oknum-okmun terkait penyebab stress sepertinya enjoy aja menambah beban berat otak penderita. Yaaahh… selain bisa menerima dengan legowo, cuma bisa mengelus dada sambil bilang pada siri sendiri… yang sabar ya, nak…

Happy Anniversary....


Today wanna say “happy Anniversary” to me and my soulmate !!!!

Hari ini, tanggal 28 Juni 2010 adalah perayaan anniversary kami yang ke-2. Belum 2 tahun…tapi 2 bulan loh… mungkin agak berlebihan kalo baru 2 bulan tapi udah bilang Happy Anniversary segala, tapi sebenarnya hubungan kami di bangun dengan cara yang unik. Kami teman satu SMU, tapi memang gak satu kelas. Tapi karena kelas parallel di SMA kami gak terlalu banyak, seharusnya sih bisa saling kenal, apalagi selama 3 tahun berada pada bangunan yang sama, olahraga di lapangan yang sama, makan di kantin semi kumuh yang sama, upacara di pelataran sekolah yang sempit itu juga, bahkan sebenarnya kami beberapa kali ketemu muka kok (masih inget gimana sombongnya dia waktu itu… dia sama sekali gak memandangku. Jangankan memandang, bahkan ekor matanya melirik pun enggak hahaha…). Gak heran juga, dulu di SMA penampilanku tomboy abis. Mana mungkin ada cowok mau lirikin aku…(tapi jelek-jelek gitu, jaman SMA juga ada yang naksir loh.. gak Cuma satu lagi hahaha…Ge’eR…). Justru waktu itu aku kenal lumayan baik sama temen satu kelasnya. Mungkin dia satu-satunya cowok di kelas itu yang waktu itu punya hati nurani mau berkomunikasi dengan si buruk rupa ini (jadi sedih juga sih hehehe…).


Waktu SMA boleh di bilang kami asing satu sama lain…banget. Kami sibuk mengukir kisah kami masing-masing. Bahkan setelah lulus SMA dan masuk ke bangku kuliah, ternyata kampus kami tetangga’an. Ya meskipun dia kuliah gak di kampus yang berdekatan ama kampusku tapi sesekali pastinya di juga pernah lewat depan kampusku (gak ada hubungannya juga sih….). Tapi lagi-lagi kami tetep gak saling kenal, bahkan selama kurun waktu 5 tahun jadi tetangga kampus gak pernah saling ketemu. Padahal aku bisa ketemu ama temen les ama temen SD-SMPku loh di kampus tetangga (lagi-lagi gak ada kaitannya…).

Kami baru kenal setelah dia add di Facebook. Waktu add, sebenernya langsung mikir, ‘Oh, ini si sombong yang dulu itu papasan di tangga..’. Gak merasa asing sama dia yang dulu sok cool gitu liat di tomboy nan buruk rupa ini. Kesan pertama dia add ? BIASA AJA…


Via Facebook komunikasi awalnya juga gak ada, cuma beberapa kali dia komen di statusku, aku komen di statusnya. Yaa… sewajarnya aja sih, gak tergolong akrab juga. Lagian waktu itu juga mikirnya simple, di Facebook cuma mau cari temen doank. Ada sesuatu yang bikin ilfill ama yang namanya ‘pacar’, ‘hubungan’ dan ‘komitmen’. Yaa… ceritanya sisa jaman penjajahan masih bikin trauma lah….
Sampai suatu hari, ada komen datarku yang ternyata mengantarkan kami pada suatu komen berseri, dengan banyak pelaku di dalamnya. Teman dua kubu saling nyomblangin deh niatannya. Tapi karena waktu itu dia bilang cuma bercanda, ya udah… bercanda, titik.

Setelah drama seri komentar di Facebook, ternyata ada mesej masuk tuh. Dari NUGIE NUGROHO… Hmmm, waktu itu langsung komentar dalam hati, ‘Tumben…. Ada apa nih tiba-tiba kirim mesej ?’. setelah dibaca ternyata isinya memang sesuai judulnya, memastikan alias konfirmasi apakah bener aku adalah si tomboy buruk rupa temen seangkatan waktu di SMA 9. Ditanya, maka dijawab… Secara gak sadar, kami udah berbalas mesej lumayan panjang. Dan emang nyambung. Karena aku termasuk species yang lola, baru sadar kalau isi mesej-nya udah mulai gak biasa, tapi udah mengarah ke pertanyaan-pertanyaan seputar statusku (e’ehmm…Ge’eR hehehe…). Awalnya ragu karena pengalaman jelek jaman jebot, meskipun feeling bilang cowok yang satu ini bukan tipe yang sama seperti yang dulu. Tapi yang namanya masih awal mendapat ungkapan dari orang yang baru dikenal via Facebook, wajarlah kalo masih maju mundur ragu-ragu. Barulah setelah lebih intens ngobrol via SMS, rasa ragu akan sosok seorang Nugie Nugroho pelan-pelan ilang.

Hubungan via Facebook dan SMS terus berjalan. Yang paling unik, kami udah berani ubah status relationship di Facebook sebelum ketemuan. Awalnya, pake status ‘Complicated’ trus akhirnya diganti lagi jadi ‘In relationship with..’. Hmmm… lucu bin aneh gak ? dua sahabatku aja sampe komplain kok bisa gitu. Yaaa… tapi begitulah kami berdua… sama-sama unik mungkin kali yah ?

Dan akhirnya…. Tanggal 28 Mei 2010, selepas maghrib, sesuai kesepakatan, datanglah dia ke rumah untuk yang pertama kali. Aneh, seharusnya sih asing ketemu orang yang sama sekali belum pernah di jumpai sebelumnya. Tapi kok aku merasa sama sekali gak asing yah ? tapi gak tau juga sih kalo dia gimana ? mungkin malah terkaget-kaget… orangnya ama yang di foto profil Facebook kok beda ? hahahaha… pertemuan pertama kami ngobrol seputar jaman SMA yang masih lucu-lucuan gitu. Gak tau deh, kalo gak ada topic itu, gimana jadinya. Apa yang mau diobrolin yah ? bingung… mungkin cuma sama-sama sibuk ma HP masing-masing, gak jelas gitu deh…
Itulah kisah awal kami berdua… mungkin orang akan komentar, ‘biasa aja’, ‘aneh deh’, ‘waguuu…’ atau apalah aku gak bisa nebak pikiran orang. Tapi secara pribadi aku menilai ini unik dan menarik.

Sekarang, udah 2 bulan dilewati sama-sama. Bisa dibilang 2 bulan kemarin sebagai masa pembuktian dari introducing karakter via pengakuan sendiri di awal perkenalan. Selain itu juga sebagai masa investigasi sifat-sifat kami satu sama lain. Dari dua bulan ini udah sedikit-sedikit tahu dia seperti apa. Positif dan negatifnya dia… Paket lengkap Nugie Nugroho deh pokoknya… Pastinya dia juga udah mulai tau, Dyahpitaloka itu seperti apa. Jelek-jeleknya Dyahpitaloka yang sering bikin dia bête, kesel trus diem kalo marah hehehe…

Dua bulan, kami mengalami up and down dalam menjalin hubungan. Miss komunikasi, ngambek-ngambekan, adu argument, ribut kecil trus curhat di Facebook, ber-haha hihi, lucu-lucuan, berbagi sayang dan perhatian… udah dialami semua. Masih ada lagi nih…. Masalah-masalah yang timbul bukan hanya intern dari kami berdua, tapi juga karena pengaruh luar, pihak lain yang cukup bikin tensi tinggi. Huuuffff….. ini yang paling nge-bete-in. Bikin pusing, jengkel tapi sempat bikin mewek juga.

Landasan awal kami berkomitmen menjalani hubungan ini adalah kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, komunikasi, pengertian, dan saling menerima apa adanya. Dengan landasan itu kami berharap apa yang jadi tujuan final hubungan dibangun ini akan terwujud nanti. Kami bukan ABG lagi, bukan model yang gak seirama dikit trus nyerah… tapi mencari jalan tengah dari perbedaan, pertentangan dan konflik yang terjadi. Jadi berbekal landasan tadi, kami (Disini, bilang aja aku deh…) berharap bisa melalui kerikil-kerikil atau batu sandungan yang mungkin bakal ami temui di depan nanti.
Di anniversary yang kedua (bulan) ini, aku pengen membuat sebuah catatan kecil untuk komitmen kami berdua…

Hubungan yang sehat adalah hubungan yang dilandasi rasa saling percaya satu sama lain. Jadi memberi celah pada setitik keraguan hanya akan mengantarkan pada lubang hitam yang pastinya mencelakakan dua belah pihak. Berkomitmen juga membutuhkan keteguhan hati dan tanggung jawab. Diluar tidak menutup kemungkinan kita akan bertemu dengan orang lain yang sepertinya punya nilai lebih dibandingkan pasangan kita. Ingat kalimat yang mengatakan ‘Rumput tetangga tampak lebih hijau, lebih indah dari rumput kita’ kan ? maknanya dalam tuh… Tapi, pada saat godaan itu datang, seharusnya kita ingat, awal-awal penemuan chemistry, masa-masa membangun komunikasi, masa-masa meyakinkan hati untuk membuat komitmen… Seorang yang benar-benar dewasa pasti akan berpikir ‘sekali memilih maka dia harus bisa menerima pasangannya sebagai sebuah paket lengkap, mensyukuri kebaikannya dan menerima keburukannya. Dan sebisa mungkin memperbaiki keburukan pasangan tanpa mudah nyerah begitu aja. Seorang yang dewasa akan bertanggung jawab pada pilihan hatinya sendiri sekaligus bertanggung jawab untuk menjaga hati yang telah memilihnya’.


Buat soulmateku :
“Happy anniversary ya, Mas. Semoga langkah kita menjalani hubungan ini selalu dimudahkan oleh-Nya sampai ke tujuan final yang sejak awal Mas udah gambarkan dan bilang ke aku. Amien…
Adek titipkan hati Adek ya, Mas. Semoga Mas selalu ingat dan tepati janji yang udah Mas ucapkan, bukan hanya didepan Adek, tapi juga di depan-Nya.
Semoga Mas bener-bener bisa menjadi sandaran Adek, membuktikan semua yang pernah Mas bilang ke Adek.
Semoga kita bisa selalu berjalan beriringan dan seirama menjaga komitmen ini, sekarang, nanti dan seterusnya…
Amien….

Cupid, Sang Pembawa Cinta Untuk Manusia



Dia selalu digambarkan sebagai bocah laki-laki imut dengan kostum serba putih, bersayap dan selalu membawa busur komplit dengan dua set panah, panah bermata emas (melambangkan cinta) dan panah bermata timah (melambangkan kebencian). Siapa sih yang gak kenal dia ? dialah Cupid, si dewa cinta, yang sukses menyatukan trilyunan pasangan manusia dalam ikatan cinta di muka bumi ini.

Bicara masalah cinta kayaknya udah sering dan gak ada salahnya juga kalo kita bicarakan sedikit tentang si empunya pembawa panah cinta menurut mitos kuno ini. Cupid, sang dewa cinta, yang dipercaya selalu beraksi dengan melontarkan panah asmaranya itu nyatanya bukan hanya jadi pengatur skenario perjalanan asmara manusia. Jangan salah… Si cupid ini ternyata juga mengalami asam manisnya cinta loh….

Dari kisah singkat yang pernah dibaca dari sebuah sumber, disebutkan kalau Cupid adalah putra dari dewa Merkury dan Dewi Venus (atau dikenal juga dengan nama Aphrodite) yang terkenal super cantik. Tapi Venus ternyata masih kalah cantik dari seorang manusia bernama Psyche (Hmm… bisa bayangin gak sih gimana cantiknya Psyche kalau Venus aja sampai kalah cantik ?). Dan yang membuat Venus lebih dongkol lagi, semua pemujanya jadi beralih memuja Psyche (ternyata dewi bisa jealous juga yah ? kirain cuma kita-kita aja…). Merasa sangat tersaingi oleh seorang manusia biasa, venus lalu mengatur startegi. Dia meminta bantuan putranya, Cupid, untuk memberikan cairan ajaib buat Psyche yang maksudnya sih supaya rivalnya itu jatuh cinta ama cowok paling buruk rupa sedunia sebagai ganjaran karena berani menandingi kecantikannya.

Tapi, udah hukum alam yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia, di mata pria, wajah cantik wanita memang terlalu sayang kalau gak dikagumi. Wajah cantik selalu bisa membuat mata pria tertarik buat yaah…. minimal melirik lah, maksimal melototin….atau ke tingkat yang lebih parah sampai menggoda iman dan keteguhan hati seorang pria ( buat yang dah punya pasangan, dengan kata lain bisa di bilang starting point buat selingkuh lah…). Begitu juga dengan Cupid. Dia yang tadinya membawa misi balas dendam sang Bunda malah jatuh cinta pada Psyche. Meskipun Psyche gak bisa melihat Cupid dengan jelas tapi dasar Cupid yang grogi melihat kecantikan Psyche malah jadi menancapkan panah cinta ke dirinya sendiri (konyol banget gak sih…?). Alhasil, Cupid dan Psyche jadi saling jatuh cinta dan sepakat menikah. Tapi karena Cupid bukan manusia seperti halnya Psyche, Cupid mengajukan syarat yang paten gak boleh di langgar apalagi di nego oleh Psyche. Psyche dilarang keras melihat wujud asli Cupid sebagai seorang dewa. Yaaah… namanya juga manusia. Semakin dilarang, jusru semakin penasaran. Suatu ketika Psyche nekad curi-curi kesempatan ngintip wujud asli Cupid itu kayak apa. Apesnya, Cupid tahu kalau Psyche memergoki wujud aslinya. Cupid marah besar trus ninggalin Psyche gitu aja ( Huuufff… Raja tega juga ya si Cupid ?). Dimana-mana penyesalan emang selalu datang terlambat. Psyche nyesal banget udah melanggar kesepakatannya dengan Cupid dan mencari Cupid buat minta maaf. Tapi sampai menghembuskan napas terakhirnya, Psyche masih belum bisa ketemu Cupid buat minta maaf. Tragis juga kematian Psyche… pastinya dia belum bisa tenang karena belum sukses minta maaf ke Cupid…


Venus yang tadinya dongkol banget sama Psyche ternyata tersentuh juga melihat kisah cinta Cupid-Psyche sekaligus menyesal karena kedengkiannya justru mengakibatkan kematian manusia yang sebenarnya gak bersalah. Karena itu Venus minta pada Dewa Jupiter untuk menghidupkan Psyche dan menjadikan dia seorang dewi. Setelah tahu kronologisnya gimana, Jupiter akhirnya meng-ACC permintaan Venus. Dia menghidupkan Psyche dan menjadikannya sebagai Dewi Cinta, alias menjabat posisi yang sama dengan Cupid yang membawa misi menyatukan cinta sejoli di muka bumi ini.

Setelah baca kisah Cupid tadi, jadi malah timbul pertanyaan yang sampai sekarang masih belum bisa menemukan jawabannya. Tadi di bilang kalo Cupid menancapkan panah ke dirinya sendiri sehingga dia ama Psyche jadi saling jatuh cinta. Tapi ketika Psyche melakukan kesalahan, Cupid tega meninggalkan wanita yang dia cintai itu dan gak mau menemui dia bahkan sampai akhirnya Psyche meninggal. Yang jadi pertanyaan, apakah Cupid menancapkan panah bermata emas dan timah secara bersamaan ??? jadi dia bisa jatuh cinta dan mencintai Psyche dengan sungguh-sungguh, tapi di kemudian hari jadi berbalik membencinya karena melanggar perjanjian…? Seorang dewa cinta aja begitu, gimana manusia ??

Dari cinta jadi benci, memang bukan hal yang langka terjadi. Banyak kasusnya bisa dijumpai di sekitar kita. Tapi kalo iseng-iseng dihubungkan dengan dua panah yang selalu di bawa Cupid kemana-mana itu, pertanyaan yang tadi dilontarkan kayaknya gak berlebihan dong ?

Ada yang bisa bantu memberi jawaban plus penjelasannya ??? V(^_^’)

Jumat, 25 Juni 2010

Biasakan Budaya Bicara


Aku mau begini, aku nggak mau seperti itu, aku gak suka dipaksa, aku ingin jadi seperti dia, bla bla bla…. Itu hal yang lumrah sering kita pikirkan dan ingin orang lain tahu serta memahami keinginan kita. Tapi gimana caranya agar orang lain tahu apa yang kita inginkan? tentu saja dengan mengkomunikasikannya secara jelas.

Komunikasi, yang identik dengan bicara, adalah aktivitas lazim dalam kehidupan sehari-hari dan manusia memang ditakdirkan tidak bisa lepas dari aktivitas vital yang satu ini. Bahkan teman-teman kita yang menjadi penyandang cacat tuna wicara pun punya caranya sendiri untuk bisa berkomunikasi, menyampaikan maksud hati dan keinginan mereka. Sedangkan buat kita yang dianugrahi kondisi yang normal tiap harinya bukan hanya berkomunikasi dengan sesamanya, bahkan ke tingkat yang lebih privat, kita juga berkomunikasi dengan sang Pencipta.

Melalui komunikasi, kita bisa mengeluarkan apa saja yang ada dalam benak dan pikiran kita. Ada banyak jenis yang bisa dikomunikasikan. Bisa saja berupa saran dan kritikan, ide atau pendapat, keluhan, kekecewaan, kesedihan, kemarahan, pujian, kegembiraan, rasa syukur dan masih banyak lagi yang bisa dikomunikasikan baik secara verbal, gestur atau cukup dengan hati. Bentuk komunikasi yang simple dan umum dilakukan sejak tempoe doeloe….

Begitu pentingnya komunikasi mendorong kemajuan teknologi untuk semakin memudahkan kita untuk menjalin komunikasi dengan siapapun yang kita inginkan. Jadi nggak hanya bisa dilakukan secara verbal yang dilakukan secara face to face atau via telepon sekedar denger suara. Tapi kita sekarang punya fasilitas seperti SMS, Email, dan tentunya jejaring sosial macam Facebook atau Twitter yang membuat kita bisa keep in touch dengan orang lain di seluruh penjuru dunia. Itulah hebatnya hasil teknologi, jarak sejauh apapun bukan masalah, seolah tidak membatasi ruang gerak kita untuk berkomunikasi.

Kemajuan teknologi tentu saja ada segi positifnya, tapi nggak menutup kemungkinan dari yang namanya segi negative loh…. Pernah nih liat tayangan di televisi yang membahas masalah komunikasi yang baik dan benar. Seorang psikolog menilai memang kemajuan jaman bikin semuanya jadi serba lebih gampang dan praktis. Ambil contoh tadi adalah fenomena Facebook. Add sana-sini, dalam sekejap kita bisa menjalin komunikasi di dunia maya dengan ratusan bahkan buat yang maniak bisa menyentuh angka seribu lebih jumlah teman di Facebook. Lewat posting status, sekedar urun komentar di status teman, dan berchatting ria seolah kita memang sudah berubah jadi pribadi yang ‘sangat komunikatif’. Tapi menurut psikolog tersebut, itu justru bisa menimbulkan efek nggak baik buat kita sendiri. “Kita duduk terlalu lama di depan PC, ber-say hi dengan teman, terlalu asyik ngobrol dengan topic yang lagi hangat jadi sorotan media… sebenarnya justru mengantarkan kita pada sebuah titik lemah. Kita jadi terlalu asyik dalam dunia maya, dalam bentuk komunikasi yang kurang nyata. Kita mungkin akan cenderung mengurangi waktu kita untuk bersosialisasi, berkomunkasi dengan orang-orang yang ada disekitar kita. Praktis, secara tidak sadar terjadi sedikit pengurangan kepekaan kita terhadap orang lain. Padahal bicara secara langsung adalah bentuk komunikasi yang sesungguhnya. Menggunakan kemampuan verbal kita secara aktif dengan melibatkan logika, perasaan dan pemikiran terhadap orang lain.”

Pendapat psikolog itu memang ada benarnya, kalo udah terlanjur asyik ber-Facebook ria, keseringan jadi betah di kamar dan duduk berjam-jam melototin PC, meskipun gak sampe lebay lupa caranya ngomong ke orang rumah gimana. Tapi kalo boleh jujur, komunikasi yang paling baik memang komunikasi secara verbal….ngomong secara jelas, kalo perlu muncrat deh ( itu sih namanya lebay kali yaa…), gak cuma bermodal kelincahan jari tangan menari di atas keyboard doank.
Bukan hanya pendapat psikolog itu aja yang mengatakan kalau komunikasi yang paling benar memang bicara, secara verbal. Parlindungan Marpaung dalam bukunya ‘Setengah Isi Setengah Kosong’, mengatakan kalau pendekatan sentuhan (human touch) tetap memegang peranan yang sangat penting. Contohnya aja ketika kita menelpon kerabat yang tinggal jauh dari kita atau menelpon pacar sekedar say hi, membiarkan mereka mendengar suara kita pastinya sedikit lebih bermakna ketimbang kiriman email, komentar iseng di Facebook, SMS atau yang paling jadul sekalipun, lewat surat atau kartu pos.

Tapi komunikasi verbal memang tidak segampang dan sepraktis kalau kita ber-SMS ria atau ber-Facebook ria. Kalo kita mengirim SMS, email atau komentar via facebook, kita masih bisa menyembunyikan ekspresi spontan wajah kita. Meskipun marah, kesal, tersinggung, tertawa, tersipu sekalipun orang yang kita ajak komunikasi saat itu juga gak bakalan tau kok. Yang mereka tau hanya sebatas yang mereka baca. Marah masih bisa pasang emoticon ketawa, tersipu masih bisa pura-pura jengkel…. Semuanya bisa dikamuflasekan (Bisa juga jadi ajang tidak jujur yang tepat mungkin yah….). Laen halnya kalo kita memilih berkomunikasi bicara secara face to face atau via telepon (meskipun cuma modal suara doank…). Ada unsur emosi, yang bisa naik turun, yang dilibatkan. Ada sedikit ekspresi yang mungkin sulit disembunyikan. Ada intonasi dan gaya bahasa yang harus diatur supaya apa yang kita omongin enak di dengar, gak rancu, gak menyinggung apalagi terkesan kasar. Dan kalau kita lengah, tidak bisa mengontrol diri, salah-salah malah bakal jadi Perang Dunia III, karena ‘Mulutmu adalah Harimaumu’. Belum lagi buat beberapa orang yang mendadak dangdut jadi speechless, mendadak garuk-garuk padahal gak gatel, atau keringetan padahal gak lari 1 meter pun, ketika harus bicara secara langsung di depan orang yang bersangkutan. Hmmm…komunikasi (dalam hal ini bicara langsung) ternyata gak gampang yah…
Dipandang susah, jadi susah…dipandang gampang, jadi gampang. Kalau awalnya udah males, grogi, berpikiran atau berprasangka jelek, gengsi ngomong atau memang diniatin gak jujur…bicara memang sepertinya berat, susah. Bicara seperti momok yang wajib dihindari. Tapi sebaliknya, kalau awalnya memang antusias berbagi, positive thinking, tulus mau terbuka, dan jujur dijamin apa aja bisa diomongin baik-baik, termasuk rahasia pribadi, kebohongan yang udah disimpan berabad-abad atau ganjalan di hati yang bisa beralih fungsi jadi bom waktu, siap meledak setiap saat dan meluluhlantakkan kepercayaan yang sudah dibangun dengan susah payah selama periode waktu yang telah dilewati. Aa Gym pernah mengatakan, “…Sebelum berkomunikasi dan bergaul, persiapkan hati kita yang bersih dan tulus. Kalau hati masih kotor dan dipenuhi unsur negative, lebih baik kita urungkan niat untuk berkomunikasi karena hasilnya bisa fatal.”

Jadi mau dibilang kuno, jadul, ndeso, katrok sekalipun… tetap berpikir bicara adalah bentuk komunikasi yang paling tepat, yang tak lekang dimakan oleh jaman. Orang bisa bosen mengirim SMS, kirim email atau menggunakan Facebook, Twitter atau Friendster tapi orang tidak akan pernah bosen untuk bicara.
Bicara…. Mengkomunikasikan apa yang ada di dalam hati dengan dilandasi hati yang bersih, tulus dan jujur tentunya adalah hal yang baik, sama sekali tidak akan membuat kita rugi. Hal baik kenapa harus ditunda lebih lama ?

Marilah kita mulai membiasakan bicara….

Sang Pelari


Dia adalah seorang pelari yang jatuh dan kehilangan harapan atas pialanya. Dia adalah seorang pelari yang harus keluar lintasan lari dengan kaki tertatih, hati menangis tapi masih harus tersenyum menghadapi audience yang menyoraki kekalahan telaknya. Berjalan semakin jauh dari lintasan, membuat sang pelari memutuskan untuk menggantungkan semua atribut larinya. Pesimis bahwa suatu hari dia bisa kembali ke lintasan itu lagi.

Tidak pernah diduga, akhirnya sang pelari akan kembali berdiri pada garis start lagi dengan lintasan panjang di depannya. Lintasan panjang yang pernah dia tinggalkan di tengah jalan setelah terjatuh dan mengalami cedera.

Sang pelari tahu, kembali ke lintasan setelah sekian lama absen, tidaklah mudah. Dia harus melakukan pemanasan yang lebih dari cukup untuk membuat otot-otot kakinya yang kaku kembali lentur seperti sedia kala. Dia perlu banyak latihan sehingga bisa mengatur ritme larinya dengan baik, kembali belajar mengatur napasnya disela-sela berlari.

Sang pelari telah memulai langkah larinya di lintasan. Mencoba melatih kakinya, napasnya, staminanya. Siang dan malam dia terus berlatih, berlari mengitari lintasan tanpa kenal lelah. Jatuh tersungkur, mengalami kram kaki, memar di kaki pun dialaminya. Tapi dia masih terus bangkit dan kembali berlari.
Berlari tanpa kenal lelah memang membuatnya bermandikan keringat, jatuh tersungkur memang membuatnya berdarah dan menangis. Tapi dia telah memutuskan kembali ke lintasan itu, kembali menjadi seorang pelari. Keringat dan air mata selalu di sekanya dengan keteguhan hati dan tekad bahwa “Aku mampu melakukannya”.

Waktu baru berjalan sebentar, namun sang pelari sadar, catatan waktunya tidak mengalami perbaikan. Meskipun berbagai usaha dilakukan agar dia bisa berlari secepat mungkin di atas lintasan, catatan waktunya bahkan jauh dari catatan waktu ideal seorang pelari. Sang pelari terus mengoreksi dirinya, apa yang salah sampai dia tidak bisa kembali menjadi seperti dia yang dulu, meskipun latihan keras telah dijalaninya.

Sampai suatu hari ketika dia duduk di bangku audience dan mengamati pelari-pelari lain yang sedang berlatih, sang pelari menyadari sesuatu. Ada yang membedakannya dengan pelari-pelari lain itu. Usia… Sang pelari nyatanya sudah tidak muda lagi. Sedangkan, pelari-pelari yang lain itu masih muda dan energik, masih memiliki stamina yang jauh lebih baik dari sang pelari.

Sang pelari sadar, faktanya dia telah membuang waktu percuma selama 5 tahun hanya untuk mengobati satu luka kekalahannya. Mematikan sendiri semangatnya untuk berlari, menahan kuat-kuat keinginan kakinya untuk kembali menjejak lintasan. Sang pelari tidak sadar, selama kurun waktu 5 tahun itu mungkin sebenarnya ada kesempatan telah terlewati percuma.

Sekarang, ketika kaki kembali menuntunnya ke lintasan, Sang pelari sadar. Bukan porsinya lagi dia kembali ke lintasan sebagai seorang pelari. Bukan hanya karena kakinya yang pernah cedera sehingga membuat kakinya begitu riskan terhadap cedera otot, tapi factor usia juga menjadi warning sign utama. Daya tahan dan tenaganya jelas jauh menurun, napasnya sudah tidak sepanjang dulu, badannya juga jadi lebih ringkih terhadap luka dan kelelahan yang mendera.

Sekarang, Sang pelari sadar…. Tidak ada gunanya memaksakan diri kembali berlari di lintasan dengan segala keterbatasannya saat ini, Meskipun kemauannya untuk mencapai garis finish di depan sana sangat besar. Waktu dan pengalaman jatuh dimasa lalu telah membuatnya mengerti. Terlalu berambisi mencapai finish justru mungkin akan membuatnya kalah.

Sekarang, Sang pelari memutuskan membiarkan dirinya berjalan menjejak langkah mantap di lintasan menuju garis finish…. Tidak lagi harus berlari. Dia ingin menyelesaikan lintasannya kali ini dengan semangat baru, harapan baru menjadi seorang pemenang…setelah tertunda beberapa tahun yang lalu. Yang diinginkan sang pelari hanya satu, mencapai garis finish tanpa harus terjatuh dan terluka lagi.

Mungkin dia tidak pantas lagi disebut sebagai sang pelari karena saat ini dia hanya bisa berjalan menyusuri lintasan itu. Mungkin dia sekarang hanya seorang manusia lemah yang terlihat bodoh berjalan pelan menuju garis finish, tertinggal jauh dari para pelari yang lain. Tapi dalam hatinya, sang pelari tetap menjadi seorang pelari yang ingin mencapai garis finish, menjadikan dirinya seorang pemenang, meski bagi dirinya dan dengan caranya sendiri.

Saat ini langkah pasti sang pelari sedang dikayuh menuju garis finish.
Dalam setiap jejak langkahnya teruntai doa, ‘Tuhan…. Ijinkan aku mencapai garis finish tanpa terjatuh, tanpa harus terluka, tanpa kekhawatiran dikalahkan oleh pelari lain… ijinkan aku menang pada waktunya. ijinkan aku mencapai garis finish dan akhirnya bisa tersenyum menggenggam piala kemenanganku sendiri. Beri aku kesempatan membuktikan, ‘Aku memang pernah kalah dilintasan ini, tapi akhirnya aku kembali dan bisa memenangkan pialaku. Piala terbaik sepanjang hidupku, yang memang seharusnya ku menangkan, seperti yang telah Kau gariskan.’

Sang pelari memang telah berhenti berlari tapi semangatnya mencapai finish tidak pernah pupus. Semoga Tuhan melindungi, menguatkan dan memudahkan langkahnya menuju garis finish kemenangannya. Kemenangan sekali seumur hidupnya.

My Guardian Angel


God has sent me an angel, My guardian angel

He has been here, around me, since my first day in the world

And he has done so much in my life

My guardian angel

Bring me luck, love, joy, and happiness

Keep me from the pain, tears, suffer and sadness

My guardian angel

You always here, watch me grow up

Even if this world and everyone inside it angry with me, hate me, throw me away

I still have you, hold my hand

That’s why I have no fear to face it

I have no tear to show them

My guardian angel

I beg you please

I always need you to hear me, to hug me…

I need you to protect me, to walk along with me

Don’t let me fall, don’t let me cry

Help me to show them

I’m not weak, I’m not that fool

Help me to bring my confidence back

Help me to keep my happiness, my love

Help me find the right key to open the biggest door in my life

So I can start my step

I know

There’ll be good times and bad times in this life

But I believe I can through it all with smile

And I know you’ll make it for me

My guardian angel