Kenali-lah Dyahpitaloka

Aku...Dyahpitaloka, suka banget nulis hal-hal gak penting yang mungkin susah dicerna orang lain. Tapi melalui tulisan-tulisan yang mungkin membingungkan buat ditangkap maksudnya ini, Dyahpitaloka sebenarnya hanya ingin membagi apa yang sedang dalam pikirannya, curhatlah intinya...atau kadang juga ngomongin hal yang menurutnya menarik..
Jadi, kalo berkenan, silakan mampir dan kenalilah Dyahpitaloka melalui coretan-coretannya ini...

Pages

Senin, 28 Juni 2010

Stress... Stress... Stress..


Belakangan ini merasa ada yang gak beres ama diri sendiri. Badan gampang banget nge-drop. Kepala gampang pusing, penyakit lama tukak lambung, juga akhir-akhir ini sering banget kambuh. Belum lagi ketambahan insomnia yang sangat menyiksa… udah dopping obat dari dokter tapi kok masih kumat secara marathon gini ? Sampai akhirnya kemarin ada komentar usil yang men-judge kalau aku lagi di invasi sama yang namanya STRESS !!!

Memang, akhir-akhir ini masalah kok kayaknya datang bertubi-tubi yah ? Belum sempat masalah A diselesaikan, masalah B, C, D dan E udah menggedor-gedor otak dan hati minta jatah buat diselesaikan juga. Huuufff… mungkin karena saking banyaknya masalah, otak dan hati malah jadi kayak mandeg, gak mau mikir, gak mau tergerak. Memang tepat kalo di nilai sekarang sedang mengalami stress. Karena merasa diri sendiri sedang dilanda stress, makanya sekedar iseng cari tahu tentang stress dan gimana cara menghandle stress itu sendiri.

Kita tahu kalo stress adalah fenomena yang biasa melanda manusia, terutama buat mereka yang memilih survive di belantara metropolitan, yang istilah lebaynya gak ngijinin kita duduk santai bermalas-malasan atau terkantuk-kantuk barang 5 menit aja. Tapi sebenernya stress bukan hanya lagu wajib buat penghuni kota metropolitan aja. Siapapun dan dimanapun mereka tinggal pasti pernah dan punya kans mengalami stress. Cuma mungkin kadar dan tingkat frkuensinya aja yang berbeda. Nah, bicara soal kadar stress, bisa dilihat dari gejala yang ditunjukkan oleh penderita (pake istilah ‘penderita’ sepertinya terlalu mendramatisir ya ?).

Stress dalam kadar yang ringan biasanya tidak terlalu menunjukkan gejala yang mencolok. Biasanya masih bisa diatasi dengan mekanisme pertahanan diri. Ambil contoh kita berangkat agak terlambat, dalam kondisi seperti itu kita pasti akan mengemudikan kendaraan lebih cepat dari biasanya. Kita menunggu seseorang menjemput di bandara, tapi ternyata si penjemput telat sampai 1 jam lebih, ketika rasa jenuh mulai merambah menjadi stress, kita akan melakukan aktivitas lain untuk mengalihkan focus kita yang sedang menunggu dengan cara sepele, misalnya mendengarkan music atau bermain game lewat ponsel. Intinya stress pada kadar yang ringan, penanggulangannya masih bisa kita handle.

Pada kadar sedang, stress biasanya mulai membawa dampak negative bagi tubuh. Contohnya ketika kita harus tinggal seatap dengan mertua yang kurang kooperatif, secara kontinu tiba-tiba kita diserang rasa sakit kepala yang luar biasa, diare, gangguan lambung atau gangguan kesehatan lain. Sedangkan di tingkat yang paling berat, stress bisa memberi efek yang ekstrim bagi penderita karena pada umumnya penderita cenderung akan menunjukkan abnormalitas dalam bertingkah laku karena sudah kehilangan kendali terhadap akal pikirannya.

Dilihat dari tingkat frekuensinya, bisa dipastikan, orang yang mengalami stress bertubi-tubi setidaknya akan mengalami gangguan perilaku (menjadi lebih agresif atau justru menarik diri), gangguan psikis (mengalami depresi), atau bisa juga mengalami gangguan fisiologis (misalnya gangguan pencernaan atau insomnia).

Membaca penjelasan dari pengaruh yang ditimbulkan, stress ternyata cukup mengerikan, apalagi kalau udah termasuk stadium berat. Tapi manusia hidup pasti akan menghadapi masalah dan pada satu titik tertentu akan mengalami stress. Jadi bisa dikatakan bahwa stress memang bagian dari hidup. Orang bijak mengatakan, ‘Stress bukan sesuatu yang harus dihindari, tapi sesuatu yang harus diterima dan dinikmati sebagai bagian dari bunga kehidupan. Tinggal bagaimana kita bisa menyikapi stress tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi stress diantaranya mensyukuri apa yang saat ini dimiliki, mau berbagi dengan orang lain atau membiarkan diri sesekali refreshing. Namun hal utama yang seharusnya dilakukan adalah meningkatkan ketakwaan dan kualitas ibadah, semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Karena Dia adalah sumber kekuatan kita untuk menghadapi masalah.’


Secara teori, dari indikasi yang terlihat dan dirasakan, stress yang sedang dialami sekarang adalah stress dengan kadar sedang (jangan sampe deh naik pangkat ke kadar berat…). Secara teori juga sepertinya gampang melawan yang namany stress, tapi prakteknya gak segampang teorinya. Apalagi dalam prakteknya, oknum-okmun terkait penyebab stress sepertinya enjoy aja menambah beban berat otak penderita. Yaaahh… selain bisa menerima dengan legowo, cuma bisa mengelus dada sambil bilang pada siri sendiri… yang sabar ya, nak…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar