Kenali-lah Dyahpitaloka

Aku...Dyahpitaloka, suka banget nulis hal-hal gak penting yang mungkin susah dicerna orang lain. Tapi melalui tulisan-tulisan yang mungkin membingungkan buat ditangkap maksudnya ini, Dyahpitaloka sebenarnya hanya ingin membagi apa yang sedang dalam pikirannya, curhatlah intinya...atau kadang juga ngomongin hal yang menurutnya menarik..
Jadi, kalo berkenan, silakan mampir dan kenalilah Dyahpitaloka melalui coretan-coretannya ini...

Pages

Selasa, 03 Agustus 2010

My Past.... I'm Afraid Of You

Tadi pagi, sahabat baikku, yang kemarin baru saja pulkam, menelponku. Dia memberi kabar bagus, kesehatan bundanya jauh membaik dari sebelumnya. Memang bukan sebuah kemajuan yang drastis, tapi kondisi yang stabil dan bisa berkomunikasi sekedarnya adalah sebuah anugrah yang sangat besar. Sesuai dengan keyakinan kami masing-masing, kami ucapkan puji syukur pada-Nya atas apa yang dia berikan pada bunda sahabatku. Alhamdulillah Ya Allah.....

Bukan hanya memberi kabar kesehatan bundanya yang membaik, melalui obrolan kami kurang lebih 30 menit, aku mendapatkan pembelajaran dan masukan yang positif. Terlalu takut hanya akan menghambat langkah kita untuk maju. Sahabatku mengatakan saat keadaan bundanya drop, dia mengaku otaknya seperti blank. Dia ketakutan kehilangan bundanya, satu-satunya orang tua yang masih dia miliki sekarang. Option-option yang diajukan dokter tak di responnya karena tahu, apapun tindakan medis yang diambil punya resiko. Takut kehilangan sang bunda membuat dia terlalu lama diam tanpa mengambil langkah konkret penyelamatan. Sampai akhirnya ucapan sang bunda menyadarkannya. "Lakukan sesuatu yang kamu angap paling tepat. Jika resiko terburuk masih terjadi setidaknya kau sudah berusaha, bukan kehilangan bunda tanpa melakukan apa-apa. Percayalah pada kuasa Tuhan, jangan di belenggu rasa takut. Jangan takut kehilangan, tapi takutlah pada Tuhan." MANTAP!!!! Ucapan seorang bunda yang bijak di saat-saat terbaring lemah pun dia masih bisa menguatkan hati buah hatinya untuk menyadari sesuatu yang penting. Sahabatku segera menyadari kesalahannya bahwa ketakutannya yang berlebihan justru membuat dia tidak berani melakukan apapun, tidak berani mengambil satu langkahpun ke depan. Dia lalu mengambil keputusan untuk mengiyakan saran dokter demi keselamatan sang bunda.

Sahabatku tahu betul, aku pernah mengalami hal tidak menyenangkan yang membuatku tega memenjarakan hatiku sendiri selama 5 tahun. Dia tahu aku selalu di hantui rasa takut kalau-kalau hal buruk itu akan terjadi lagi. Dia mengatakan kalau ketakutanku justru akan merugikanku sendiri nantinya. Ketakutanku ibarat rantai yang mengikat dua kakiku, membuat langkahku berat, bahkan pada titik kulminasinya akan membuat langkahku terhenti. Mandeg, membuang kesempatan bagus yang seharusnya bisa aku ciptakan jika aku berani mendobrak pintu ketakutanku sendiri.

Sahabatku membenarkan langkahku membuka hati, tapi dia menyalahkanku karena aku masih menyisakan kelingkingku untuk menggandeng masa lalu dalam kehidupanku sekarang. Masa lalu memang tidak bisa di hapus dan dianggap tidak pernah ada dalam hidup kita, tapi masa lalu yang bisa kita rengkuh adalah sisi hikmahnya, bukan sisi gelapnya, yang bisa membuat pandangan kita ke depan jadi kabur.

Sahabatku mengatakan sudah saatnya aku menjadi majikan bagi diriku sendiri, bukan menjadi budak ketakutan dari masa laluku. Saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal pada ketakutanku, saatnya untuk optimis menjalani apa yang ada sekarang sambil meniti masa depan. Dimanapun dan apapun itu, awalnya pasti sulit. Tidak ada yang instan, terlebih mengubah main set otak yang sudah terpatri. Tapi asalkan ada niat baik untuk berubah, disertai usaha serius, tidak ada yang tidak mungkin. Mario Teguh mengatakan, "Segala sesuatu ditentukan oleh niatnya. Jika niat kita baik, maka hidup kita akan baik, mungkin tidak segera, tetapi pasti." Jadi memang perlu waktu sampai akhirnya aku bisa menyingkirkan ketakutanku terhadap kejadian buruk masa lalu. Tidak segera...tetapi pasti...

Aku ingin orang yang mengatakan aku selalu berlindung pada masa lalu itu tahu kalau penilaiannya keliru. Aku bukan berlindung pada masa lalu dan terkesan ingin mengancam atau menakutinya. Sesungguhnya aku sangat takut pada masa laluku dan saat ini aku sedang berusaha melawan rasa takut itu.

Aku hanya bisa berdoa semoga niat baik juga usahaku untuk menyingkirkan ketakutanku akan diberi jalan yang mudah oleh Tuhan. Semoga orang-orang baik yang menyayangiku bisa memahami dan menghargai usahaku, bukan mematenkan penilaiannya padaku pada poin rendah seperti yang ku dapat sekarang.

Sahabat, terima kasih karena kisahmu sudah menginspirasi aku untuk menyadari kesalahanku dan bangkit untuk mengusahakan menjadi pribadi yang lebih baik. Doakan aku bisa jadi setegar, sekuat dan seberani dirimu...

1 komentar: